Jumat, 30 Maret 2012

Percikan Renungan: D E N D A M..

Dendam, memang sungguh luar biasa. Tidak ada suatu sikap yang lebih mengerikan daripada dendam. Buku yang berjudul “The death of Adolf Hitler” memberikan pelukisan yang jelas  tentang apa yang dirasakan oleh Hitler. Hitler (1889-1945)  pada masa mudanya pernah hidup sangat melarat. Ia bekerja serabutan. Dengan terus-terang, dia mengatakan bahwa dirinya amat menderita. Penderitaan itu membangkitkan dendam dalam dirinya.




Rasa marah karena derita yang dialaminya, akhirnya tertuju pada orang-orang kaya keturunan Yahudi, yang dianggapnya sebagai penyebab kemelaratannya.
Pada awal karir politiknya, Hitler adalah seorang pemuja Benito Mussolini (1883 –1945). Dalam Mein Kampf, (sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Narasi) Hitler menyebut Benito Mussolini sebagai seorang manusia agung (a great man) berkelas dunia. Tetapi Hitler juga memiliki pengalaman baru yang dianggapnya sebagai penghinaan. Ketika ia menulis surat kepada Mussolini untuk memohon potretnya yang bertanda tangan pribadi, diktator  Italia itu memandang hina permintaan itu dan menjawab melalui Kedutaan Besar Italia, “Il Duce tidak merasa pantas mengabulkan permintaan Anda.”  Merasa dipermalukan, maka Hitler tidak pernah akan melupakan peristiwa tersebut. Ia menjadi pribadi pendendam. 


          Orang yang dendam itu bagaikan seseorang yang memelihara singa di rumahnya. Ketika masih bayi, singa itu amat jinak. Sang singa itu mau makan daging ayam yang disediakan oleh pemeliharanya. Namun singa tetap singa  yang adalah binatang buas pemakan daging. Demikian pula, orang yang dendam adalah pribadi manusia yang memelihara binatang buas dalam hatinya. Dan binatang itu, suatu saat akan menguasai yang memeliharanya. Dendam itu meredam dalam hati dan pada suatu saat tentu akan “meletus” bagaikan letusan gunung Vesuvius di tahun 1005.    Para pendendam itu  –  barangkali  –  sudah memiliki bibit kedendaman sejak  masih kecil. 
Tetapi berhubung sudah menumpuk, maka tidak mengherankan  –  dalam hal ini seperti yang dilakukan oleh Hitler  – jika dalam jangka waktu beberapa tahun saja, sekitar 6.000.000 orang Yahudi disiksa di kamar gas dan melayang jiwanya.   

 
          Banyak sekali tema dendam dalam film-film. Film yang berjudul, “Revenge” dan  “Vendetta” memberikan pelajaran yang berharga tentang makna dendam.  Dengan saling mendendam, akhirnya dua-duanya tewas dalam perkelahian.  Dalam film persilatan  atau Kung Fu,  ketika hendak beradu jurus-jurus,  seseorang menyediakan dua galian kubur.  Satu untuk lawan dan satunya untuk dirinya sendiri. Hal ini hendak menunjukkan bahwa dendamnya dibawa sampai mati.  Lebih jauh lagi kita menyaksikan adegan dendam dalam diri Sun-Tzu.  Sun Tzu, panglima perang dalam film “Sun Tzu” melukiskan  bahwa strategi perang yang termasyur itu akhirnya membuat dirinya mundur dari panglima dari negeri Wu. Dia pun akhirnya menyadari bahwa dalam perang tersebut yang ditemukan adalah dendam.
Orang yang menang perang sine qua non harus berjaga-jaga  perlawanan dari orang yang dikalahkan. Dan yang kalah mencari waktu yang tepat untuk membalas dendam supaya amarahnya bisa terbalaskan. Saling membalas dendam tidak berujung itu kita sebut sebagai lingkaran setan  (vicious circle).

          Kemudian kita bertanya, “Bagaimana dendam itu bisa diamsusikan sebagai perasaan benci yang dibawa sampai mati?”  Ada seorang yang marah kepada tetangganya. Kemarahannya itu rupanya akan menjadi dendam. Maka, pergilah orang itu ke orang yang bijak. Sang bijak mulai memberikan wejangannya,  “Tersebutlah seorang  bapak sedang baku marah kepada tetangganya.  Lalu bapak itu disuruh menulis ungkapan hati kemarahannya di air, kertas dan beton. Jika ditulis di air, maka setelah orang itu marah dan setelah itu hilanglah rasa marahnya. Jika ditulis di atas kertas kemarahannya bisa dihapus ataupun di tip-ex. Namun rasa marah itu bisa berlangsung beberapa hari. Tetapi orang yang kemarahannya dipahat  di atas beton, pahatan itu akan terukir beberapa tahun bahkan tujuh turunan keluarga. Inilah yang kita sebut sebagai dendam. Kekesalan dan kemarahan itu kita ukir dalam hati, sehingga kebencian itu mengristal yang tentunya menunggu bom waktu saja, kapan hendak meletus.  Dalam pepatah Latin, kita kenal ungkapan yang berbunyi, “Immortale  odium et  numquam  sanabile vulnus,”  yang artinya kebencian yang abadi dan luka yang tidak pernah dapat disembuhkan.  

          Pengalaman masa kecil dalam keluarga tentu diwarnai dengan perkelahian entah baik fisik maupun non fisik. Kalau seorang anak kecil berkelahi dengan kakaknya, biasanya yang terjadi adalah merusak permainan atau membuat berantakan pakaian  yang sudah diatur  dengan rapi di lemarinya.  Perkelahian di masa kecil ini tersebut tidak membawa kebencian yang mengarah kepada dendam. Setelah anak-anak itu dewasa dan meninggalkan rumah serta sudah memiliki keluarga sendiri, “pengalaman masa lalu” itu malah menjadi kenangan yang indah, jika  diadakan reuni keluarga, “ngumpulake balung pisah”.  
Hal ini lain dengan “perkelahian”  yang dialami saudara kembar: Yakub dan Esau. 

          Film  rohani berdasarkan AlKitab yang berjudul , “Jacob and  Joseph” yang disutradarai oleh  Michael Cacoyannis, mengingatkan kita bahwa kakak-beradik, bahkan saudara kembar pun diceritakan adanya dendam kesumat. 
Pokok cerita dalam film tersebut berkisah tentang pergumulan dua anak manusia tentang hak kesulungan. Esau anak kesayangan ayahnya, Ishak yang
berniat menyampaikan kepadanya berkat yang merupakan hak anak sulung  (Kej  27: 1). Tetapi keunggulan Yakub atas kakaknya itu, yang sudah dikemukakan
sebelum mereka lahir dan pada saat kelahiran mereka (Kej 25: 21 – 26) dan secara tidak disadari disahihkan oleh Ishak yang sudah tua itu (Kej 27: 22 –
29).  Karena kejadian itulah,  Esau menaruh dendam kepada Yakub (Kej 27: 41). Esau ingin membunuh Yakub dan dia pun disuruh lari oleh ibunya ke negeri yang
jauh sampai kemarahan kakaknya itu surut dan melupakan peristiwa yang pernah dia alami (Kej. 27: 43 – 45) 



Semoga Bermanfaat... TUHAN memberkati!


 (sumber: Milis Sejenak Bijak diposting oleh: "Markus Marlon" markus_marlon@yahoo.com )

        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.