oleh: Win Wan Nur
Kisah ini bercerita tentang seorang
pemuda yang baik hati yang dengan perasaan iba menyaksikan seekor
kupu-kupu yang tampak begitu menderita. Dengan sayapnya yang masih
basah dan terlihat rapuh. Kupu-kupu itu berusaha keras dengan susah
payah untuk bisa keluar dari kepompongnya.
Terdorong oleh perasaan iba dan
kemurahan serta kebaikan hatinya. Si pemuda memutuskan untuk menolong
sang kupu-kupu malang untuk keluar dari kepompongnya. Dengan penuh
kehati-hatian, si pemuda baik hati ini merobek kepompong tanpa
menyentuh sayap indah sang kupu-kupu yang masih basah dan rapuh.
Singkat cerita, berkat pertolongan sang pemuda. Kupu-kupu bersayap
indah itupun dengan mudah berhasil keluar dari dalam kepompong yang
sekian lama mengungkungnya.
Sampai saat itu, semua terlihat
baik-baik saja dan si pemuda baik hati ini pun lega. Melihat kupu-kupu
yang sudah berhasil keluar itu dia merasa bahagia, karena pertolongan
kecilnya telah berhasil membuat satu makhluk Tuhan terlepas dari
penderitaanya. Dia pun merasa, kalau sang kupu-kupu bisa berbicara,
tentu kupu-kupu itu akan mengucapkan terima kasih padanya.
Tapi apa yang terjadi kemudian?. Ketika
sayap basah sang kupu-kupu mulai mengering. Sayap-sayap tersebut tidak
bisa tumbuh dengan sempurna. Sayap-sayap indah itu tampak terlipat dan
kusut tidak bisa membuka secara normal seperti halnya kupu-kupu biasa.
Dan karena sayapnya terlipat, tentu saja, si kupu-kupu tidak bisa
terbang.
Apa yang terjadi?.
ternyata perjuangan susah payah untuk
keluar dari kepompong itu adalah salah satu proses yang harus dilalui
oleh setiap kupu-kupu dalam menyempurnakan metamorfosanya. Terganggunya
proses itu akan membuat sang kupu-kupu tidak bisa tumbuh sempurna. Hal
ini sama sekalu tidak diketahui oleh si pemuda baik hati. Ketika dia
memutuskan untuk menolong sang kupu-kupu karena didorong oleh niat baik
dan rasa iba.
Alhasil, karena tidak didukung oleh
pengetahuan yang mendalam. Si pemuda baik hati yang berniat baik
menolong kupu-kupu ini malah mencelakakan hewan cantik yang
ditolongnya.
Akibat rasa tidak tega melihat
penderitaan sang kupu-kupu dalam menjalani proses metamorfosanya. Si
orang baik ini malah membuat kupu-kupu tersebut menjadi makhluk cacat
untuk sepanjang sisa hidupnya.
***
Kisah ini mungkin hanya fiksi dan sama
sekali tidak nyata. Kisah ini juga tidak dimuat di sebuah jurnal ilmiah
yang Peer revieweed semacam Nature misalnya. Kisah ini hanya satu dari
sekian banyak cerita yang dikisahkan di majalah mingguan anak-anak
yang dianggap sepele oleh banyak orang dewasa.
Tapi meskipun demikian, nilai yang
terkandung dalam kisah yang tidak penting ini cukup relevan untuk
diterapkan dalam segala segi kehidupan manusia. Mulai dari mendidik
anak, berbisnis, berpolitik sampai beragama. Yaitu sebaik apapun niat
yang kita punya dalam mendasari sebuah perbuatan, tapi jika perbuatan
baik itu tidak didasari pengetahuan yang cukup. Bukannya memberi
manfaat, tapi perbuatan baik itu bisa membuat celaka.
Di dunia kita sekarang, MOTIVATOR
menjadi sebuah “pekerjaan” bergengsi yang bertarif mahal. Para
motivator yang menghasilkan duit dari berceramah dengan menyuruh orang
lain berbuat, tanpa dia sendiri melakukan apa yang mereka ceramahkan.
Saran favorit para motivator ini kepada
para pendengar setianya yang terdiri dari calon-calon pebisnis adalah
“lakukan saja”, yang merupakan terjemahan bebas dari “Just Do It”,
kalimat terkenal yang dikutip dari tag iklan merk sepatu olah raga
terbesar di dunia “Nike”. Tanpa menyinggung pentingnya pengetahuan
mendalam untuk mendasari perbuatan itu. Untuk meyakinkan para
pendengarnya mereka tentu saja mengutip contoh-contoh orang yang
berhasil menjadi orang besar dengan cara seperti itu. Ditambah dengan
berbagai kisah pendukung lain yang menceritakan orang yang terpuruk
dalam kegagalan karena terlalu banyak berpikir sebelum melakukan aksinya
(Orang-orang yang gagal dan menderita karena mengikuti saran seperti
ini tentu tidak disebut-sebut, apalagi perbandingan statistik antara
jumlah orang yang berhasil dan jumlah orang yang gagal karena mengikuti
resep ini).
Dulu, waktu umur saya masih lebih muda.
Saya adalah salah seorang yang begitu percaya pada kata-kata para
motivator ini. Karena dalam pikiran saya waktu itu, kata-kata itu
tampak masuk akal ini. Dan hasilnya, tentu saja saya terjerembab. Tapi
saya tidak kapok, sudah terjerembab bangun lagi dan kemudian jatuh lagi
dan ini terjadi beberapa kali.
Setelah mengalami beberapa kejatuhan
yang fatal, saya mendapatkan satu pemahaman. Bahwa dalam bisnis,
berbuat itu memang penting dan tanpa berbuat tidak akan pernah ada
bisnis. Tapi untuk berbuat benar dan bisa berhasil baik, dibutuhkan
perencanaan yang matang. Dibutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap apa
yang akan dilakukan.
***
Dalam realitas politik Indonesia saat
ini. Saat kekuasaan bisa diperebutkan oleh siapa saja dengan bebas dan
terbuka. Setiap orang bisa mengatakan diri sebagai orang yang paling
tulus. Untuk meraih kekuasaan banyak orang yang mengaku dengan niat
baiknya akan bisa membawa daerah yang akan dia pimpin menjadi lebih
baik.
Di dunia yang disebut oleh Iwan fals
sebagai dunia pesta pora para binatang ini. Dengan berpegangan pada
doktrin ala Motivator sebagai mana saya gambarkan di atas. Bahkan para
politisi yang berbuat sangat aneh dan tanpa dasar pengetahuan apapun
bisa merasa diri menjadi orang paling berjasa bagi rakyat, tanpa merasa
perlu mempertimbangkan kemungkinan buruk apa yang akan menimpa rakyat
akibat dari langkah sok taunya.
Contoh paling nyata tentang kejadian seperti ini bisa kita saksikan menjelang Pemilukada seperti sekarang ini.
Di segala sudut ruang publik, kita bisa
menyaksikan tebaran janji dari orang-orang baik. Semua orang
mengatakan dia adalah orang jujur yang berniat baik dan akan berbuat
yang terbaik untuk negeri dan rakyatnya. Tapi sama sekali tidak
menjelaskan hal baik apa yang akan mereka berikan kepada negeri yang
akan dipimpinnya. Apakah mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang
masalah-masalah yanga ada di negeri tersebut. Apakah mereka tahu apa
sebenarnya yang paling dibutuhkan oleh rakyatnya?. Itu lain cerita.
Yang selalu ingin mereka tunjukkan
adalah niat. Padahal soal niat, hanya yang bersangkutan dan yang maha
kuasa lah yang tahu. Sementara sebagai sesama makhluk, apa yang bisa
kita nilai dari para calon ini hanyalah pengetahuannya tentang apa yang
dijanjikannya.
Jadi terhadap kenyataan seperti
ini.Aadalah sangat bijaksana jika kita sebagai orang yang akan memilih
‘orang-orang baik’ yang semuanya punya niat baik membantu kita ini.
Kita lebih mempertimbangkan pengetahuan yang bersangkutan tentang
masalah kita dari pada mempercayai niat baik mereka.
Dan kalau kita lihat dengan pikiran
jernih, bukan didasari sikap fanatis. Kita patut meragukan pengetahuan
‘orang-orang baik’ ini tentang daerah dan rakyat yang akan dipimpinnya.
Karena tampak jelas sekali kalau para calon pemimpin ini memang tidak
menjadikan pengetahuan akan daerah dan rakyat yang akan dia pimpin
sebagai bekal utama untuk maju ke Pemilukada.
Menjelang hajatan besar ini, dibanding
memikirkan apa kira-kira yang sangat dibutuhkan oleh rakyat. Mereka
lebih suka memikirkan bagaimana citra dan penampilan mereka di depan
publik.
Buktinya kita lihat saja berbagai
survey menjelang Pemilukada seperti sekarang ini. Yang bisa kita
saksikan adalah survey yang disponsori oleh partai tertentu untuk
memetakan tingkat popularitas calon-calon yang akan bertanding.
Tidak pernah kita saksikan survey yang
disponsori oleh partai tertentu untuk memetakan masalah-masalah yang
dihadapi oleh daerah. Untuk memetakan apa kebutuhan prioritas di
daerah-daerah tersebut.
Jadi tak perlu heran kalau ‘orang-orang
baik’ ini nantinya berhasil naik ke tampuk pimpinan. Mereka akan
berbuat baik sesuai dengan nuraninya dan sesuai dengan batas
pengetahuan yang mereka punya. Dan batas pengetahuan itu mungkin hanya
seluas pandangan matanya, atau seluas pandangan mata tim sukses dan
kerabat terdekatnya.
Alhasil seperti kisah pemuda baik hati
dan seekor kupu-kupu. Saat dipimpin oleh orang seperti ini. Rakyat yang
berada di posisi kupu-kupu, bukannya tertolong, tapi malah celaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.