Tiba-tiba saya mendengar panggilan "Selamat pagi Tuan!", saya menoleh kebelakang
dan saya melihat
seorang pengemis tua dengan wajah yang
kotor, dekil dan bau alkohol rupanya ia sudah
ber-minggu2 tidak mandi. Pakaiannya pun bau dan kotornya sudah tak terlukiskan lagi. Pengemis ini sedang memegang
cangkir
besar yang berisikan kopi panas. Ia menawarkan kepada saya
"Maukah Bapak minum seteguk dari air kopi saya?"
Dalam hati
saya jangankan minum dari cangkirnya dekat dengan diapun rasanya sudah muak dan jijik, apalagi kalau melihat kumis dan jangutnya yang masih penuh dengan sisa2 makanan dari kemarin. Disamping itu kalau saya minum dari cangkir bekas dia, jangan2 nanti saya akan ketularan penyakit AIDS?
Logika dan otak saya melarang saya untuk menerima tawaran tsb, tetapi
hati nurani saya menganjurkannya: "Percuma lho ke gereja tiap minggu, kalau lho masih
mempunyai pikiran dan praduga buruk
terhadap orang
lain!" Akhirnya
saya
datang
ke pak
tua itu
dan minum seteguk kopinya, tetapi
logika dan
pikiran
saya
berjalan
terus. "Apa sih maksud si pak tua ini, menawarkan kopinya kepada
saya, jangan2 ia mau minta duit!"
Tetapi saya sudah
siap dan ikhlas untuk memberikan uang kepadanya sebagai imbalan dari kopi tsb. Walaupun demikian saya ingin menanyakannya terlebih dahulu: "Kenapa Bapak menawarkan
kopi
kepada saya?" - "Saya ingin Anda bisa turut menikmatinya,
bagaimana enaknya kopi di pagi hari
apalagi pada saat dingin seperti sekarang ini." Ketika saya mendengar jawaban
tsb saya merasa malu dengan praduga saya terhadap dia.
kenyataannya harus
belajar dari
seorang pemabuk
dari
seorang gelandangan
yang tidak berpendidikan. Walaupun demikian logika saya masih
belum mau menyerah, saya masih tetap tidak
percaya: - masa sih si
pak tua ini tidak ada maunya,
- masa sih si pak tua ini tidak ingin mendapatkan sesuatu imbal balik dari saya,
- masa sih ia mau memberikan seuatu dengan tanpa pamrih,
- apalagi
pada saat ini ia lagi membutuhkannya
- pasti ia
akan minta
uang!
Berdasarkan pemikiran
diatas, akhirnya saya menanyakannya
sekali lagi kepada dia "Adakah sesuatu yang bisa saya bantu untuk
anda?"
- Pengemis itu menjawab: "Ada!"
- wah betapa
senangnya saya ketika mendengar
jawaban tsb,
sebab
dengan demikian
saya
bisa membuktikan analisa saya yang jitu!
"Apakah anda membutuhkan sesuatu?"
- "Tidak!" jawabnya, "saya
hanya
ingin dipeluk saja oleh Anda, karena saya sudah tidak mempunyai kawan maupun sanak
keluarga lagi." jawab pengemis tsb.
Saya kaget mendengar jawaban yang tak
diduga tsb, pertama karena analisa dan praduga saya tidak benar, tetapi
lebih daripada
itu,
bagaimana mungkin saya bisa memeluk
seorang gelandangan yang sudah ber-bulan2 tidak mandi sehingga pakaiannya kotor dan bau sekali, apalagi sebentar lagi saya harus bertemu
dengan seorang pejabat tinggi, jangan2 pakaian saya akan menjadi bau dan kotor juga. Bahkan "Jangan-jangan bisnis saya bisa gagal nanti!", karena
pejabat tinggi itu mungkin akan merasa
diremehkan oleh saya, kalau saya datang
menemuinya dengan
pakaian kotor dan bau!
Tetapi entah kenapa, tanpa saya bisa dan mau berfikir lebih lanjut, saya langsung memeluk pak tua pengemis tsb dengan erat, seperti saya memeluk putera saya sendiri. Tanpa saya sadari kejadian tsb
disaksikan oleh banyak orang disekitarnya, yang
merasa aneh dan
janggal melihat seorang yang berpakaian lengkap dengan dasi dan jas mau memeluk
seorang pengemis
tua, yang kotor dan
bau, seperti pada saat pertemuan dari dua orang kawan akrab yang telah
bertahun-tahun tidak
saling berjumpa.
Pada saat saya sedang
memeluk pak tua tsb, se-akan2 terdengar
suara sayup-sayup yang sangat lembut: "Ketahuilah: waktu kalian melakukan hal itu, sekalipun kepada salah seorang dari saudara- saudara-Ku yang terhina, berarti kalian melakukannya kepada-Ku!"
Saya merasa se-akan2 saya telah bertemu dan
memeluk Tuhan
Yesus pada saat tsb.
Saya telah diundang minum kopi oleh seorang pengemis, tetapi
kebalikannya apakah saya bisa
dan saya mau
mengundang seorang pengemis untuk minum dan makan bersama dengan saya dan keluarga saya? Kita lebih mudah
dan
lebih ikhlas memberikan
uang kepada seorang
pengemis daripada mengundang
dia
untuk turut makan atau minum bersama
dengan kita. Apakah
Anda
pernah mengundang seorang pengemis untuk makan atau minum dirumah Anda?
Berdasarkan pengalaman tsb saya baru sadar bahwa kalau kita
mau mencari
Tuhan carilah dengan "Kasih", jangan dengan pikiran logika, karena kekuatan dan kuasa kasih ada jauh lebih besar dan
lebih kuat dari
segala macam logika yang ada
di
dunia ini. Kalau
orang minta bantuan kepada kita gantilah pikiran logika dengan
perasaan kasih, karena Tuhan juga mengasihi kita tanpa
menggunakan logika.
Bunuhlah perasaan praduga yang ada di dalam diri kita dan hapuslah
perkataan "Jangan-jangan" yang ada
di
dalam kamus
kehidupan kita! Ibu saya tidak bisa menulis dan
membaca. Ia membesarkan kami
anak2nya hanya dengan penuh rasa kasih sayang tanpa segala macam theori physiologi pendidikan, tetapi saya masih
bisa merasakan hasilnya sampai
dengan detik ini, walaupun setengah abad telah lewat.
Logika bisa mengotori dan
meracuni perasaan kasih. Logika adalah
tembok pemisah antara Sang Pencipta dengan manusia! When Jesus said, "If you love Me, keep My
commandments"
(Jn. 14:15),
He was giving
us the supreme test of our devotion to Him. Do we pass
the test?
(sumber: Hiddup adalah Anugrah)
(sumber: Hiddup adalah Anugrah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.