Selasa, 03 April 2012

Sejenak Bijak: ALLAH MENANGIS BAHAGIA

Suatu musim panas dimana hujan belum turun hampir satu bulan lamanya.

Tanaman jagung hampir mati. Sapi-sapi tidak menghasilkan susu. Sungai-sungai mengering. Itu adalah musim kering yang cukup parah bahkan ada mungkin sebelum musim panas berakhir banyak dari para petani sudah harus mengalami kebangkrutan. Setiap hari suamiku dan adik laki-lakinya berusaha semaksimal mungkin mengairi ladang kami walau dengan proses yang amat sukar. Dan akhirnya proses ini melibatkan sebuah truk yang harus di bawa ke pabrik penyimpan air setempat dan mengisinya dengan air. Penjatahan air yang ketat membuat banyak orang kesusahan. Kalau hujan tidak turun juga dengan segera kami akan kehilangan segalanya.

Hari itu aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga tentang memberi dan aku menyaksikan sendiri mujizat terjadi. Saat sedang di dapur menyiapkan makan siang, aku melihat anak laki-lakiku, Billy, 6 tahun, sedang berjalan ke hutan. Langkahnya tidak seperti anak kecil pada umumnya, sepertinya sedang berjalan dengan satu tujuan yang sangat penting sekali. Aku hanya bisa melihat punggungnya saja.

Dengan upaya yang besar, ia mencoba berjalan dengan tenang. Setelah menghilang ke dalam hutan, segera dia sudah terlihat kembali, berlari kencang menuju rumah. Aku tidak terlalu perduli, rasanya ia sudah selesai dan aku meneruskan kegiatanku. Tetapi, sesaat aku kembali melihat Billy, seperti tadi lagi langkahnya tetap tenang.

Hampir satu jam dia melakukan hal itu terus menerus. Akhirnya aku tidak tahan lagi, langsung keluar mencoba untuk mengikutinya (tapi berusaha untuk tidak diketahui... rasanya dia tak mau ibunya tahu apa yang sedang dikerjakannya) .

ia berjalan dengan tangan yang sedang menangkup air, mencoba untuk tidak menumpahkan satu tetespun Air ditangannya yang kecil itu paling hanya sebanyak 1 atau 3 sendok makan. Aku mencoba lebih mendekat saat dia sedang berjalan menuju hutan. Ranting-ranting pohon dan duri mengenai wajah
kecilnya, tapi dia sama sekali tidak mencoba untuk menghindar. Dia lebih memusatkan perhatiannya kepada tugas yang sedang dia kerjakan.

Ketika aku sedang mengawasinya, disaat itulah aku melihat pemandangan yang sangat luar biasa. Beberapa rusa besar bermunculan dihadapannya. Billy berjalan tepat ke arah mereka. Hampir aku berteriak untuk menyuruhnya menjauh. Seekor rusa jantan besar dengan tanduknya yang indah datang
mendekat. Tapi rusa itu tidak melakukan apa-apa, bahkan ketika Billy duduk berlutut. Dan aku melihat seekor anak rusa kecil tergelak di tanah dan jelas sekali sedang menderita dehidrasi dan keletihan yang amat sangat. Aku melihat anak rusa itu dengan usaha yang keras mencoba mengangkat kepalanya untuk bisa menjilat air dari tangan kecil anakku. Demikian Billy melakukannya.

ketika airnya habis, segera Billy berdiri, kembali berlari ke rumah, berjalan menuju keran yang telah kami tutup. Billy membukanya dan aliran air yang sangat kecil meluncur turun. Dia menadahkan tangannya sambil berjongkok, menunggu air yang mengalir sangat lambat itu memenuhi tangannya dan sinar matahari yang panas menyinari punggungnya.
Butuh waktu kira-kira 2 menit untuk air itu bisa memenuhi tangan kecilnya. Setelah penuh dia berdiri dan kembali ke hutan, disaat itulah dia baru menyadari bahwa aku telah berada di hadapannya. Dengan air mata yang hamper mengalir dia berkata, "aku nggak sedang buang-buang air," katanya.

Akhirnya aku menemaninya. ..kali ini dengan membawa mangkuk kecil yang sudah berisi air. Aku menunggu di kejauhan, membiarkannya memberi minum anak rusa itu. Itu pekerjaannya. Aku berdiri di pinggir hutan sambil memandangi sebuah hati yang luar biasa indah, dengan usaha yang besar sedang berusaha untuk menyelamatkan sebuah kehidupan lain.

Ketika air mata membasahi wajahku, tiba-tiba aku merasakan ada tetesan air yang lain menimpa wajahku, lagi, lagi dan lebih banyak lagi. Aku memandang ke langit dan bisa merasakan bahwa Allah pun turut menangis dengan bangga.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa itu hanyalah kebetulan. Bahwa mujizat itu tidak ada. Bahwa kebetulan saja hujan memang harus turun. Aku tidak dapat mendebatnya. .. dan tidak ingin melakukannya. Yang ingin aku katakan hanyalah bahwa hujan hari itu sungguh-sungguh telah menyelamatkan pertanian kami, seperti yang telah dilakukan seorang anak laki-laki kecil yang telah menyelamatkan nyawa makhluk lain.
------------ --------
From:Agustinus Cahyana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.